Apa jadinya bila kamu hidup tetanggaan sama cowok kayak Sunghoon?... ya, semuanya berawal dari kedatangan pria itu ke area komplek perumahan mu.
Kamu hanyalah gadis dewasa yang selalu mendapatkan pertanyaan ‘kapan nikah?’ baik teman maupun keluarga, semuanya pasti menanyakan hal yang sama.
Kamu muak, benar-benar muak. Bila dikata ingin mengamuk, kamu ingin sekali melakukannya. “Capek banget sih, kerja muluk. Episode aku kaya raya masih lama ya Tuhan?, udah gak tahan gonjang-ganjing dibumi ini,” keluh mu, ketika kamu sudah menghabiskan berjam-jam duduk didepan layar iPad.
Dari dalam sepetak layar itu menampilkan goresan-goresan abstrak yang kamu sendiri bahkan tidak tau harus membawanya kemana, hanya ada gambar pria dan wanita, tidak ada teks, dialog, atau narasi.
“Kalau gak selesai bulan depan, gimana sama kontraknya. Pasti kontrak ku gak akan diperpanjang,” bibir mu berkerucut sedih, perpanjangan kontrak penting bagi mu, karena kamu seorang komikus.
Semenjak berkarya dibawah naungan perusahaan komik terbesar di Indonesia, nama mu melejit pesat, bahkan versi cetak dari komik yang kamu buat habis terjual laris sampai hingga ratusan coppy.
Dari sana lah tuntutan besar menekan mu perlahan-lahan, setelah komik ke tiga mu tamat, kamu diharuskan untuk membuat project baru. Karena jika terlalu lama hiatus, publik bisa saja melupa dan nama mu tidak akan se-melejit sekarang.
Masalahnya saat ini ada pada imajinasi mu, kamu memikirkan kira-kira topik apa ya, yang mampu membuat para pembaca menyukainya?... seharian kamu memikirkan alurnya, tapi tak juga menemukan kata final.
Hingga mata mu menatap lurus kedepan, meja kerja mu langsung menghadap kearah luar, tepatnya pada rumah yang ada diseberang. Dari sana kamu terdiam sejenak, tak ada yang kamu lihat, itu hanya sebuah hordeng yang tertutup rapat namun, menampilkan siluet seorang pria.
Dari bayangan hitam itu kamu bisa melihat postur tubuh sang pria, dimana dia tinggi semampai, tubuhnya kekar, dengan sudut hidung yang lancip. Hanya melihat siluetnya saja kamu sudah begitu terpanah.
“Kayaknya tetangga baru, ganteng juga ya. Dari bayangannya aja aku bisa lihat siluet otot lengannya,” kamu berkata untuk mengagumi seseorang yang bahkan belum kamu kenal.
Namun, justru dari sana lah kamu mendapatkan sedikit kemajuan, setidaknya kamu dapat gambaran, soal karakter pria yang akan kamu buat.
***
Lelah setelah bergelut semalam dengan sketsa yang kamu buat, pagi ini diri mu keluar rumah, hanya untuk menyiram tanaman milik ibu mu.
Itu kerap kali jadi rutinitas, selama kamu hiatus sebagai komikus. Awalnya terasa biasa aja, kamu bahkan sempat bersenandung dalam semu. Memandangi tetumbuhan indah yang telah ibu mu tanam.
“Wah bentar lagi mateng tuh mangganya, mantep pasti,” monolog kamu, setelah melihat keatas pohon mangga yang ada dihalaman rumah mu.
Lalu tak lama, sebuah sahutan dari dalam rumah memanggil mu hingga kamu terkesiap sesaat, “sayang!, sini dulu nak!” suara wanita, memanggil mu, itu adalah ibu mu.
“Ah iya ma, sebentar!”
Mendengarnya membuat kamu bergegas mematikan keran air dan beranjak kedalam menemui sang ibu. “Iya ma, kenapa?” tanya mu ketika sampai didapur.
Sang ibu tengah memasak, memang kegiatan itu jadi bagian favoritnya, “ini mama ada bikin cupcake, kamu tolong anterin buat tetangga baru kita ya. Mama denger dia tinggal sendirian, kasian pasti dia kesepian,” sang ibu berkata begitu, karena dia termasuk sosok yang peka dan perhatian.
Mendengar itu kamu langsung menggeleng cepat, sudah jelas semalam kamu melihat siluet tetangga mu itu seorang laki-laki, “ih engga mau ah, ma. Mama aja yang anterin, males aku mah,” tau kamu menolaknya mentah-mentah sang ibu jadi heran.
“Masa cuma karena dia laki-laki terus kamu gak mau bangun relasi yang baik, siapa tau gitu dia masih jomblo, rugi kamu gak deketin. Orang kemarin mama lihat waktu dia pindahan, orangnya ganteng banget,”
Inilah bagian yang membuat kamu muak, pasti selalu ada udang dibalik batu, “apaan sih, peduli apa aku. Mau dia jomblo kek, duda kek, gak ada urusannya,” kamu membantah keras.
Melihat tingkah mu, sang ibu bahkan melepas nafas lelah, “yaudah-yaudah kalau begitu, tapi ini tolong dianterin dulu, mama masih banyak kerjaan disini,” elak mama mu, terkesan sok sibuk.
Kamu jadi mendengus kesal, karena harus menuruti tugas paling tidak penting di pagi hari yang cerah ini, “ya deh, sini...” kamu mengambil nampan berisi cupcake buatan ibu mu.
Lalu beranjak keluar dari pelataran rumah, kearah sebrang tepat dimana rumah tetangga baru itu. ‘Duh kok gugup banget ya rasanya, apa gua puter balik aja?’ nasib introvert akut, kamu bahkan seperti akan menemui presiden saking gugupnya.
‘Entar kalau gua puter balik, pasti mama ngomel-ngomel,’
Pada akhirnya kamu benar-benar menekan bel pada pintu rumah tersebut, kedediamannya memiliki dua lantai, terlalu besar sebenarnya untuk di tinggali seorang diri.
ding... dong!...
Bel berbunyi, beberapa saat kamu diam untuk menunggu sang tuan rumah, hingga kamu bisa mendengar suara langkah kaki yang lebih besar, mendekat.
kriett...
Tepat seperti dugaan mu seorang pria lah yang membuka pintu rumah itu, tubuhnya sama persis dengan siluet yang kamu lihat semalam, hanya saja versi nyatanya jauh lebih mempesona.
Katakanlah kamu terpesona saat ini, karena tak dapat berbohong, jika tetangga baru mu ini pria yang begitu rupawan. “Em ya, ada yang bisa saya bantu?” tanyanya lembut, sedikit menilik kamu yang jauh lebih pendek dari dirinya.
“I-ini... aku tetangga depan, ini dari mama. Semoga betah tinggal disini,” ucap mu, diakhir kalimat kamu hanya improvisasi, agar tidak dianggap aneh.
Sang pria yang menerima sambutan manis dari tetangga barunya, menampilkan senyum tipis yang khas, “jadi repot-repot ini, terimakasih ya. Oh ya, mau masuk dulu?” tanyanya tiba-tiba, kamu yang mendapatkan tawaran seperti itu mana mungkin akan siap.
“Eh, engga usah. Aku pamit dulu ya, semoga masnya suka cupcakenya,”
Izin mu berusaha pamit dari hadapan pria itu, “iya, tentu saja. Sekali lagi terimakasih,” dari percakapan itu kamu setidaknya sedikit tau soal tetangga baru itu.
Mulai dari wajahnya, tubuhnya, hingga intonasi bicaranya. Memang benar apa yang mama katakan, pria itu sangat lah rupawan.
‘aku gak nyangka kalo seganteng itu, kalau dia ngaku-ngaku seorang idol. Aku bakalan percaya aja sih,’ ucap mu dalam hati, seraya melangkah menuju dapur.
Disana masih ada ibu mu, dia menoleh menatap kamu kembali, “udah ngasihnya?, gimana katanya?” tanya wanita parubaya itu.
Kamu mengangguk, “ya makasi katanya, udah ya ma. Aku mau kekamar dulu,” ucap mu acuh-tak acuk, seolah mood mu hari ini jadi buruk.
“Dikamar terus kamu mah, udah tau belum itu namanya siapa?”
Kamu berhenti diujung tangga saat hendak kekamar mu, “gak tau, ngapain juga nanya-nanya, ga penting tauk,” lagi-lagi kamu terlihat tidak suka, apa lagi tertarik.
“Yaelah, mama suruh kamu anterin itu biar kamu bisa kenalan sama dia. Kamu tuh ya, susah banget disuruh bergaul,”
“Orang gak mau gak usah maksa, bilang aja ini akal-aklan mama buat jadi mak comblang,”
Tau bahwa kamu langsung paham maksud ibu mu, sang ibu hanya menahan tawanya, “... tuh kan beneran!, mama ngeselin deh,” langkah mu berlalu, menghentak lantai begitu keras.
“Hey itu biar kamu gak ditanyain, ‘kapan nikah’ terus!”
“Bodoamat!!”
***
Dikamar kamu lagi-lagi termenung, hingga mata mu dapat menangkap keluar jendela, melihat tetangga baru mu itu keluar dengan pakaian super rapi, bahkan surainya bersemir mengkilap.
Kamu terus memperhatikannya dari atas sini, dia menyalakan mobilnya, ‘kayaknya dia bukan sembarangan orang deh, pakaiannya aja serapi itu,’ kamu mengumpat soalnya didalam hati.
Ketika kamu menatapnya begitu fokus, siapa yang akan menduga, tatapan tajam sang pria menangkap basah kamu yang berada diatas sana, “hah!...” kamu terperanjat bukan main, bahkan reflek menutup hordeng jendela kamar mu.
Dalam diam kamu tak menyangka bila tetangga baru itu punya tingkat kepekahan diatas rata-rata, bagaimana mungkin dia tau bahwa kamu mengamatinya dari atas sini.
‘Kira-kira dia beneran liat gak sih tadi?, kok bisa pas banget matanya noleh kesini,’
Kamu terheran-heran, namun tidak kapok juga untuk mengintip lagi, saat kamu kembali melihatnya — dia sudah pergi berlalu dari sana, dengan mobil hitam miliknya.
***
Malam berlalu, lagi-lagi kamu terduduk dimeja kerja mu, menatap keluar sana seolah pikiran mu melambung tinggi jauh entah kemana.
Biasanya kamu hanya menatap kelangit kosong untuk mencari inspirasi, tapi kali ini mata mu liar berkelana, lagi-lagi jatuh pada pria itu.
Dari tempat mu terduduk, hordeng terbuka sedikit, sedangkan disebrang hordengnya tertutup namun masih memberikan gambaran jelas akan apa yang pria itu lakukan.
‘Ini gua bisa dianggap stalking gak sih?... di-dia ngapain!’ nafas mu tercekat untuk sesaat, dari siluet itu kamu bisa melihat sang pria tengah duduk di tepi ranjangnya, dengan gestur yang sangat aneh.
Begitu ambigu untuk kamu berpikir positif, bagaimana tidak, satu lengan sang pria berada dibagian bawahnya, lalu bergerak naik turun secara cepat. Seperti seseorang yang tengah melakukan pelepasan solo.
Didetik selanjutnya kamu juga bisa melihat bayangan sang pria mendongak kelangit-langit bagai nikmat yang tengah membumbung tinggi.
‘Ini bisa disebut bokep gak sih?’ lagi-lagi kamu mengumpat, meski tau itu privasi, kamu tetap terus memperhatikannya seolah-olah kamu juga menikmatinya.
Bisa dibilang menjijikkan, dari bayangan absurd itu kamu jadi mendapatkan ide untuk alur komik mu. Iya, acuanya ada pada tetangga baru mu, kamu membuat karakter yang sama persisi, juga menggambarkan secara lebih detail adegan yang baru saja kamu lihat.
***
Didalam komik mu kamu menulis... pria gagah dengan nama Park, hidupnya begitu misterius, sangat-sangat terorganisir, hingga orang-orang disekitarnya tidak tau dia itu punya kepribadian yang seperti apa.
Namun disaat malam yang tenang, teduhnya awan dan lembutnya cahaya rembulan. Tuan Park memutar video panas dalam televisinya, menatap layar itu beberapa saat.
Hingga detik kemudian, dia mulai merasakan gejolak aneh pada dirinya, sensasi nikmat, membara, juga gelisah menjadi satu. Dia mengambil duduk di tepi ranjang, tubuhnya yang kokoh hanya terbalutkan celan pendek.
‘Uhh sepertinya saya tiba bisa menahan diri untuk malam ini,’ dia berucap kala adegan dalam video itu, terasa semakin panas saja.
Pemeran wanita dan pria saling bersetubuh, sampai suara penyatuan mereka bergemah seisi kamar. Tuan Park pun memulai semuanya, dia menurunkan celana pendek yang ia pakai, mengeluarkan kebanggaannya yang diam-diam sudah menegang.
Tahu kenapa kamu memikirkan hal seperti ini dan lalu menulisnya?... karena kamu adalah seorang komikus dewasa. Cerita-cerita dan gambar yang kamu buat, semuanya berisi konten porno.
‘Aahh fuck, sshh emh,’ bibirnya mengigit satu sama lain, menahan nikmat yang ia buat sendiri.
Batang itu dikocok kuat, lengan kanan tuan Park yang kokoh mampu memberikan tempo yang cukup kuat, setidaknya cukup untuk membuat kejantanannya berdiri sempurna.
Kamu mendeskripsikan begitu detail, apa saja dan bagaimana cara tuan Park, melampiaskan nafsunya. ‘E’enh ha’ahh!’ desahan sensual itu terdengar, disaat-saat tuan Park menuju pelepasannya.
Hingga ketika tempo dipercepat, cairan spermanya menyembur tumpah ruah ke lantai, membasahi sekitaran tapak kakinya. Ia tak peduli, yang ia rasakan saat ini adalah nikmat nya saat merasakan pelepasan.
‘A’ahh... oh damn,’ beberapa kali miliknya masih berkedut, tetapi sang pria sudah tak punya benyak tenaga. Berakhir ia telentang diatas kasur, tidur tanpa menggunakan sehelai kain pun.
Itulah akhir dari chapter pertama komik mu, judulnya — ‘Penguntit Tetangga Baru’. Ide bisa datang dari mana saja, termasuk dengan cara mu memperhatikan tetangga baru itu.
“Okey fiks, aku bakal lanjutin alur ini. Pasti banyak pembaca yang relate-kan?...” bermonolog kamu seorang diri, setelah menulis sketsa awal di dalam iPad mu.
Beberapa jam fokus pada layar, mata mu kembali melihat kesebrang sana, tepat kejendela tetangga mu. Dan...
‘Hello...’
“AAA!”
BRAKH!!
Kamu terjungkal kebelakang secara mendadak, ketika kamu kaget setengah mati, sang pria — si tetangga baru mu itu tiba-tiba saja membuka hordengnya dan melambaikan tangan kearah mu seolah mengucapkan kata ‘Hallo’.
“Sshh au, duh...”
Ringis mu tak karuan, bagaimana bokong mu terasa remuk hancur lebur, gara-gara terjungkal menubruk lantai. “Gila, apa barusan dia melambai ke aku?, ja-jadi... jadi dari tadi aku duduk disana, dia tau,”
Jantung mu berpacu begitu kencang, sangat kencang, serasa mencelus kebawah. Malam itu kamu bahkan bergerak merangkak hanya untuk menutup gorden jendela kamar mu. Tak lagi punya keberanian untuk menoleh kearah jendela tetangga mu itu.
***
Terik menyengat, tetapi kamu bisa melihat tetangga mu itu sibuk menyiram mobil, terlihat begitu serius mencuci kendaraan roda empatnya. Dari teras kamu mengamatinya diam-diam, sedangkan kamu sendiri duduk di teras mu karena hendak membuat rujak mangga.
Tak lama sang ibu keluar, membawa kotak makan, dia berjalan melenggang begitu saja. “Eh mama mau kemana?” tanya mu, hingga membuat si mama berhenti sejenak.
“Ini mau ngasih lauk ke tetangga baru, siapa tau dia belum makan siang,” melihat mama mu begitu perhatian dengan sosok pria itu, bukan tanpa alasan.
Lebih tepatnya sang ibu teringat pada kakak mu yang merantau sendiri keluar negri, jadi mungkin saja tetangga baru mu, mengingatkan sang ibu yang rindu pada putranya yang tidak bisa selalu pulang.
“Aku aja ma yang anterin,” mendengar kamu yang berinisiatif mama mu bahkan kaget.
“Lah, kemarin bilangnya gak mau, males, gak peduli. Eh, sekarang malah mau nganterin...”
“... Jangan-jangan kamu udah mulai naksir ya?, iya kan, ngaku gak kamu,” sungguh menyebalkan setengah mati, kamu ingin kembali kesana hanya karena jadi penasaran dengan sifat misterius pria itu.
“Engga!, udah sini lauknya,”
Kamu berdiri dan merebut kotak makan itu dari sang ibu, lalu bersiap kedepan untuk menemui tetangga mu, yang masih fokus mencuci mobil.
***
Sampai disana terasa begitu canggung, kamu hanya berdiri didekatnya, “em permisi?” sapa mu kaku, ketara sekali kamu bukan tipikal yang pandai basa-basi.
Pria itu menoleh, berhenti sejenak dalam kesibukannya, “iya?, ada apa?” nada saat dia bertanya masih sama rendahnya.
“Ini dari mama, isinya lauk buat masnya makan siang,”
Mendengar itu, dia menerima kontak makan tersebut, lalu beranjak kearah meja dan kursi yang sengaja memang disediakan untuk duduk di depan teras.
“Duh makasih banyak ini ya, kemarin dianterin cupcake, sekarang lauk juga... duduk dulu kamunya sini,” sambutannya begitu ramah, tak semenyeramkan dengan apa yang kamu lihat semalam.
“I-iya sama-sama mas, um itu wadahnya langsung dipindahin aja mas,”
“Oh iya ya, sini sini masuk dulu. Tak pindahin dulu ya,”
Dia mengerti kamu menunggu wadah makan itu untuk dibawa kembali ke rumah, “... sini masuk, jangan malu-malu, saya tinggal sendirian disini,” jelasnya berjalan kearah dapur.
Kamu yang penasaran pun mulai melangkah masuk, seluruh ruangan tertata begitu rapi, benar-benar sunyi, hanya ada langka kaki kalian. Sampai didapur kamu melihat sang pria memindahkan satu persatu lauk yang kamu bawa.
“Eh kita belum kenalan ya, nama kamu siapa?” tanya nya ramah, dengan pandangan yang masih fokus memindahi lauk pauk.
“Nama aku..”
“Begitu ya, nama yang manis. Perkenalkan, saya Park Sunghoon,”
Untuk kesekian kalinya kamu terkejut, nama depannya sama persis dengan tokoh yang kamu gambar semalam, padahal nama itu kamu hanya menebak-nebak saja.
“Eh, kenapa?... apa ada yang salah?”
dia bertanya menilik wajah mu yang terlihat kaget sekaligus syok, “eum ka-kamu... kamu semalem...” ragu untuk melanjutkan perkataan mu.
Sedangkan sang pria kini meletakkan kotak makan yang ia pegang diatas meja, beralih perlahan ia mendekat, pandangannya lurus hanya menatap mu saja. “Semalam?, apa kedatangan mu, ingin melihat secara gamblang kejadian semalam?”
Ayat tanyanya, mampu membuat mata mu terbelalak kaget, dada mu naik turun, memompa lebih cepat dari biasanya. “E-engga mas, ma-maaf... aku, aku semalem —” langkah mu perlahan mundur, sebab Sunghoon terus mengikisnya hingga kamu menabrak lemari pendingin yang ada disana.
“Ssst boleh kok kalau kamu mau lihat secara langsung sekarang,”
Ucapnya menggoda, membelai pipi mu begitu intens.
Maaf kak belum full jadi, besok aku lanjutin lagi lanjutannya… 😔🙏🏻
O OW MY FINESHYT GUE TIAP DEBUT CERITA BARU PASTI SANGAT AMAT MANTAP🫰🏻
LOOOPPPYUUUU KAK TEOOOO 💋